A.Konsep Sehat
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Sejarah yang tercatat melaporkan berbagai macam
interpretasi mengenai penyakit mental dan cara-cara menguranginya.Dan kali
ini,saya akan membahas sejarah singkat perkembangan kesehatan mental, mulai
dari zaman prasejarah,peradaban-peradaban awal,abad pertengahan,zaman
renaisans,abad XVII-Abad XX dan psikiatri.
· Zaman Prasejarah
Manusia purba sering mengalami gangguan gangguan baik
mental maupun fisik,tetapi manusia purba benar-benar berusaha mengatai penyakit
mental.Ia memandang dan merawatnya sama halnya dengan penyakit fisik
lainnya.Baginya gigi yang sakit dan seorang yang gila disebabkan oleh penyebab
yang sama, yakni roh-roh jahat,halilintar,atau mantera musuh.Jadi untuk
penyakit mental atau fisik digunakan perawatan seperti
menggosok,menjilat,mengisap,memotong dan membalut.Tapi sungguh menggembirakan
karena para pasien penyakit mental diperlakukan secara manusiawi.
· Peradaban-peradaban awal
Dalam peradaban awal di
Mesopotamia,Mesir,Yahudi,India,Cina dan benua Amerika,imam imam dan tukang
sihir merawat orang-orang yang sakit mental.Sepanjang zaman kuno (dari 5000
tahun SM sampai 500 M)penyakit mental menjadi hal yang umum.Di Babilonia dan
Mesopotamia,penyakit mental dihubungkan dengan setan dan pengobatannya
dilakukan dengan upacara agama dan upacara magis supaya setan keluar dari tubuh
pasien.Di Mesir dikembangkan tetapi untuk pasien berupa rekreasi dan
pekerjaan,serta diterapkan semacam psikoterapiyang serupa dengan beberapa
pendekatan modern untuk mengobati penyakit mental..Di Yahudi orang mengartikan
penyakit mental sebagai hukuman dan pengobatannya hanyalah dengan cara bertobat
pada-Nya.Namun lain hal nya dengan Persia, disana setan-setan dipersalahkan
karena menyebabkan penyakit-penyakit mental dan segala penyakit lain.Di
Cina,orang-orang memandang bahwa gangguan mental dilihat sebagai penyakit dan
dianggap sebagai gangguan proses alam atau ketidakseimbangan antara Yin dan
Yang.Sedangkan masyarakat di Afrika berpendapat bahwa gangguan-gangguan fisik
dan mental disebabkan oleh musuh,roh jahat atau oleh nenek moyang yang
marah.Dan di Yunani, para pasien sakit mental dibawa ke kuil kuil kesehatan di
mana perawatannya bertujuan untuk menghilangkan penyebab gangguan mental.
· Abad Pertengahan
Dengan hancurnya peradapan Yunani-Romawi, kemajuan
ilmu pengetahuan mengalami kemunduran.Banyak hal dalam ilmu kedokteran yang
tidak diteruskan dan hal yang lebih buruk seperti takhayul dan ilmu tentang
setan dihidupkan kembali.Dalam periode abad 10-15, berkembang dancing mania
dimana sejumlah orang menari secara liar.Masa abad ke-15 sampai 18 para pasien
penyakit mental dianggap sebagai kerasukan setan dan perawatannya dengan cara mengusir
keluar setan dengan cara menghukum atau menyiksanya.
· Zaman Renaisans
Meskipun para pasien penyakit mental tenggelam dalam
dunia takhayul dan lingkungan yang tidak berperikemanusiaan,namun di
negara-negara tertentu di Eropa suara-suara diteriakan oleh tokoh agama,ilmu
kedokteran dan filsafat.Usaha-usaha mereka selama masa tersebut mungkin
digambarkan sebagai "terang dalam kehidupan".Di Switzerland mengakui
penyebab penyakit mental dan menolak kaitan demonology.Sedangkan di Perancis
menganggap bahwa penyakit mental tidak berbeda dengan penyakit fisik dan pasien
harus diperlakukan secara manusiawi.
· Abad XXVI-XX
Pada awal abad ke-18 dilihat sebagai "Zaman
Rasio",perhatian dipusatkan pada klasifikasi dan sistem, suatu hal yang
mungkin sama dengan klasifikasi sistem.Pada zaman ini, baik di Perancis, Inggris,
Jerman, Italia,Amerika Latin,Amerika Serikat, lebih mengedepankan pada perilaku
yang berperikemanusiaan untuk menghadapi serta menangani orang-orang yang
memiliki penyakit mental.Di Perancis, Pinel mempelopori perlakuan dan pemahaman
manusiawi terhadap orang-orang yang mengalami kekalutan mental.Pinel ditetapkan
sebagai Bapak Psikiatri yang telah meletakan dasar psikiatri bagi masa yang
akan datang.Ia kemudian diserahkan tugas dan tanggung jawab atas rumah sakit
Salpetriere.Rumah sakit Salpetriere dan Bicetere sebagai rumah sakit modern
pertama untuk para pasien sakit mental.Pada tahun 1908, Clifford Beers yang
pernah menjadi pasien Rumah Sakit jiwa menulis buku "A Mind That Found It
Self" yang memberikan efek menyebarkan visi mengenai gerakan kesehatan
mental.
· Psikiatri
Pada tahun 1800-an ada usaha untuk menolong paien
sakit mental,tetapi dokter-dokter belum menemukan penyebab,pencegahan dan
penyembuhan yang efektif untuk penyakit mental walaupun mereka sudah
mengklasifikasikan beribu ribu macam kekalutan mental.Pada abad 19 kesehatan
mental berkembang pada 4 bidang umum,yaitu perlakuan terhadap pasien sakit
mental yang lebih manusiawi dan rasional oleh masyarakat,langkah-langkah untuk
memperbaiki lembaga untuk penyakit mental,perhatian para penulis besar dan
filsufyang berpengaruh pada psikologi dan tingkah laku manusia dan sistem
klasifikasi yang komprehensif bagi kekalutan mental.Tokoh yang paling
berpengaruh dalam bidang psikiatri pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20
adalah Emil Kraepelin.Di tahun 1883,ia menerbitkan buku pelajaran yang
menguraikan penyakit mental berdasar patologi organik.Ia mengembangkan sistem
teoritis menjadi dua katagori besar yang disebabkan oleh faktor-faktor
endogen(dari dalam tubuh) dan faktor-faktor eksogen (dari luar tubuh).
Sejarah perkembangan kesehatan mental terbagi menjadi
2 periode yaitu periode pra ilmiah dan periode ilmiah:
1. Periode Pra Ilmiah
Sejak jaman dulu sikap terhadap gangguan mental telah
muncul dalam konsep primitif animeisme (kepercayaan roh-roh / dewa-dewa). Orang
Yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan membawa
pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, merka mengadakan perjamuan. Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada
jaman Hipocrates (460-467). Dia dan pengikutnya mengembangkan pandangan
revolusioner dalam pengobatan kesehatan mental, yaitu denganpendekatan
naturalisme. Aliran berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik akibat dari
alam. Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan
naturalistik ini tidak dipergunakan lagi. Dokter Perancis, Philipe Pinel
(1745-1826) menggunakan filsafat politik dan sosial untuk memecahkan problem
penyakit mental. Ia seorang kepala Rumah Sakit Bicetre di Paris. Dirumah sakit
ini pasienya yang maniac dirantai, diikat ditembok, ditempat tidur selama 20
tahun atau lebih. Akhirnya, banyak yang berhasil.
2. Era Ilmiah (Modern)
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan era
gangguan mental yaitu dari animisme (irrasional) dan tradisional kesikap dan
cara yang rasional (ilmiah), terjadi saat berkembangnya psikologi abnormal dan
psikiatri di Amerika Serikat tahun 1783. Ketika itu Benyamin Rush (1745-1813)
sebagai staff medis di rumah sakit Penisylvania, terdapat 24 pasien yang
dianggap lunaties (orang0orang gila atau sakit ingatan). Rush melakukan usaha
lain selain mengurung dan mengguyur air terhadap pasienya, yaitu dengan cara :
memberikan motivasi (dorongan) untuk ingin bekerja, refreshing (mencari
kesenangan). Perkembangan
kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran, dan inspirasi para ahli,
terutama 2 tokoh perintis ini yaitu : Dorothea Lynde Dix dan Clifford
Whittingham Beers orang yang mendedikasikan hidupnya dalam bidang pencegahan
gangguan mental. Berkat usaha Dix dia dapat membangun 32 rumah sakit jiwa di
Amerika.
Selama dekade 1900-1909 beberapa organisasi kesehatan
mental telah didirikan, seperti American Social Hygiene Association (ASHA) dan
American Federation For Sex Hygiene. Perkembangan gerakan kesehantan mental
tidak lepas dari Clifford Whittingham Beers (1876-193) karena jasanya ia
dinobatkan sebagai “The Founder Of The Mental Hygiene Movement”. Beers juga
mengeluarkan Otobiografinya sebagai mantan penderita gangguan mental yang
berjudul “A Mind That Found Itself” dan dia juga merancang program yang
bersifat nasional untuk mereformasikan program, penyebaran informasi,
prndorongan agar dilakukan penelitian lebih lanjut dan pengembangan
praktik-praktik untuk mencegah gangguan mental. Aldof Mayer yang tertarik terhadap program Beers
menamakan gerakan itu dengan nama “Mental Hygiene”. Tahun 1908 sebuah
organisasi pertama didirikan dengan nama Connectievt Society For Mental
Hygiene. Tahun 19 febuari 1909 didirikan National Commitye Siciety For Mental
Hygiene, Berrs menjadi sekretarisnya. Tujuan organisasi ini bertujuan
melindungi, menyusun perawatan, meningkatkan studi, menyebarkan pengetahuan dan
mengkoordinasikan lembaga-lembaga untuk pasien gangguan mental. Pada tanggal 3 juli 1946, presiden Amerika Serikat
menandatangani “The National Mental Health Act”. Dokumen blueprint yang
komprehensif, berisi program jangka panjang untuk meningkatkan kesehatan mental
seluruh warga masyarakat. Pada tahun 1950 organisasi mental terus bertambah
dengan berdirinya National Association For Mental Health berkerjasama dengan 3
organisasi yaitu : National Commitye Siciety For Mental Hygiene, National
Mental Health Foundation, dan Psychiatric Foundation. Kesehatan mental terus
berkembang tahun 1075 di Amerika serika terdapat lebih dari 1000 tempat
perkumpulan kesehatan mental. Dibelahan dunia lain gerakan kesehatan mental
dikembangkan melalui World Federation For Mental Health Organization. Psikologi kesehatan dimulai tahun 1970-an hingga awal
1980-an. Seiring datangnya abad 21 kita melihat pisikologi kesehatan tumbuh
dengan sangan signifikan. Komunitas dan asosiasi psikologis mulai membentuk
divisi atau departemen sendiri. Pertarunagn secara teoritis dan historis untuk
memahami kaitan antara mental (pikiran, emosi dll.) dengan kondisi sehat
(fisiologis).
Konsep Sehat
Berdasarkan Beberapa Dimensi
Konsep Sehat itu adalah sebuah keadaan normal yang
sesuai dengan standar yang diterima berdasarkan kriteria tertentu, sesuai jenis
kelamin dan komunitas masyarakat. Itu adalah pengertian sehat yang saya
mengerti pada awalnya. Dan setelah sekian lama Sehat Kita Semua tidak
memposting makan pada kali kesempatan ini setelah vakum cukup lama akan
memberikan hal sedikit tentang beberapa hal yangb berhubungan dengan konsep dan
pengertian sehat ini.
Hidup sehat dan dalam kesehatan akan sangat membantu
kita dalam melakukan berbagai macam aktifitas kehidupan sert arutinitas yang
bisa dijalankan dalam kehidupan sehari-hari. Karena bila dalam keadaan sekita
atau poun kurang sehat maka hal ini akan mempengaruhi akan produktifitas kita
juga. Dimulai dari apa yang dimaksud dengan pengertian sehat
ini. Pengertian sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik
fisik, mental dan sosial tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Dan
beberapa pengertian sehat lainnya yaitu diantaranya:
Sehat adalah perwujudan individu yang diperoleh
melalui kepuasan dalam berhubungan dengan orang lain (aktualisasi). Perilaku
yang sesuai dengan tujuan, perawatan diri yang kompeten sedangkan penyesuaian
diperlukan untuk mempertahankan stabilitas dan integritas struktural. ( Menurut
Pender, 1982 )
Sehat / kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera dari
badan (jasmani), jiwa (rohani) dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. ( Menurut UU N0. 23/1992 tentang
kesehatan). Sehat adalah
fungsi efektif dari sumber-sumber perawatan diri (self care Resouces) yang
menjamin tindakan untuk perawatan diri (self care actions) secara adekuat. Self
care Resouces : mencakup pengetahuan, keterampilan dan sikap. Self care Actions
merupakan perilaku yang sesuai dengan tujuan diperlukan untuk memperoleh,
mempertahankan dan meningkatkan fungsi psikososial dan spiritual. (Menurut
Paune, 1983)
Konsep Sehat Berdasarkan Dimensi :
a. Dimensi
Emosi
Kata emosi berasal dari bahasa latin, yaitu emovere,
yang berarti bergerak menjauh. Arti kata ini menyiratkan bahwa kecenderungan
bertindak merupakan hal mutlak dalam emosi. Menurut Daniel Goleman (2002: 411)
emosi merujuk pada suatu perasaan dan pikiran yang khas, suatu keadaan biologis
dan psikologis dan serangkaian kecenderungan untuk bertindak. Emosi pada
dasarnya adalah dorongan untuk bertindak.
Biasanya
emosi merupakan reaksi terhadap rangsangan dari luar dan dalam diri individu.
Sebagai contoh emosi gembira mendorong perubahan suasana hati seseorang,
sehingga secara fisiologi terlihat tertawa, emosi sedih mendorong seseorang
berperilaku menangis.
Emosi berkaitan dengan perubahan fisiologis dan
berbagai pikiran. Jadi, emosi merupakan salah satu aspek penting dalam
kehidupan manusia, karena emosi dapat merupakan motivator perilaku dalam arti
meningkatkan, tapi juga dapat mengganggu perilaku intensional manusia.
(Prawitasari, 1995). Beberapa
tokoh mengemukakan tentang macam-macam emosi, antara lain Descrates. Menurut
Descrates, emosi terbagi atas: Desire (hasrat), hate (benci), Sorrow
(sedih/duka), Wonder (heran), Love (cinta) dan Joy (kegembiraan). Sedangkan JB
Watson mengemukakan tiga macam emosi, yaitu : fear (ketakutan),
Rage(kemarahan), Love (cinta).
Daniel Goleman (2002 : 411) mengemukakan beberapa
macam emosi yang tidak berbeda jauh dengan kedua tokoh di atas, yaitu :
a.
Amarah : beringas, mengamuk, benci, jengkel, kesal
hati
b.
Kesedihan : pedih, sedih, muram, suram, melankolis,
mengasihi diri, putus asa
c.
Rasa takut : cemas, gugup, khawatir, was-was, perasaan
takut sekali, waspada, tidak
tenang, ngeri
d.
Kenikmatan : bahagia, gembira, riang, puas, riang,
senang, terhibur, bangga
e.
Cinta : penerimaan, persahabatan, kepercayaan,
kebaikan hati, rasa dekat, bakti,
hormat, dan kemesraan
f.
Terkejut : terkesiap, terkejut
g.
Jengkel : hina, jijik, muak, mual, tidak suka
h.
Malu : malu hati, kesal
Menurut Mayer (Goleman, 2002 : 65) orang cenderung
menganut gaya-gaya khas dalam menangani dan mengatasi emosi mereka, yaitu :
sadar diri, tenggelam dalam permasalahan, dan pasrah. Dengan melihat keadaan
itu maka penting bagi setiap individu memiliki kecerdasan emosional agar
menjadikan hidup lebih bermakna dan tidak menjadikan hidup yang di jalani
menjadi sia-sia. Berdasarkan
uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa Pengertian Emosi adalah suatu perasaan
(afek) yang mendorong individu untuk merespon atau bertingkah laku terhadap
stimulus, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar dirinya.
b. Dimensi
Intelektual
Dalam dimensi ini, seseorang memiiki intelegensi yang
cukup tinggi. Dalam dimensi ini ia mampu menyerap berbagai pelatihan atau
pendidikan dengan penyerapan yang lebih cepat, serta mudah memahami berbagai
aspek materi tanpa mengalami kesulitan dalam proses kognitif dalam belajar.
Tidak semua orang mengalami kesehatan intelektual secara utuh karena sehat
secara intelektual merupakan sebagian dari proses bawaan, juga proses pembiasaan
dan latihan.
c.
Dimensi
Sosial
Dimensi Sosial yaitu dimensi yang melihat dari tingkah laku
manusia dalam kelompok sosial, keluarga
dan sesama lainnya serta penerimaan norma sosial dan pengendalian tingkah laku. Kesehatan Sosial dapat dilihat dari kemampuan untuk membuat dan
mempertahankan hubungan dengan orang lain, perilaku kehidupan dalam masyarakat.
Kesehatan sosial dapat dilihat juga dari kemampuan untuk memelihara dan
memajukan kehidupan pribadi dan keluarganya sehingga memungkinkan bekerja,
beristirahat dan menikmati hiburan pada waktunya (UU No 9: pasal 3). Kesehatan
sosial terwujud apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau
kelompok lain secara baik, tanpa membedakan ras, suku, agama atau kepercayan, status sosial,ekonomi, politik, dan sebagainya, serta saling toleran dan
menghargai. Dalam arti yang lebih hakiki, kesejahteraan sosial adalah suasana
kehidupan berupa perasaan aman damai dan sejahtera, cukup pangan, sandang dan
papan. Dalam kehidupan masyarakat yang sejahtera, masyarakat hidup tertib dan
selalu menghargai kepentingan orang lain serta masyarakat umum.
d.
Dimensi
Fisik
Dimensi
Fisik merupakan dimensi yang dapat ditelaah secara langsung
atau memiliki dimensi yang paling nyata. Kesehatan fisik dapat dilihat dari kemampuan mekanistik dari tubuh. Kesehatan fisik terwujud apabila sesorang tidak
merasa dan mengeluh sakit atau tidak adanya keluhan dan memang secara objektif
tidak tampak sakit. Semua organ tubuh berfungsi normal atau tidak mengalami
gangguan. Sehat jasmani merupakan komponen
penting dalam arti sehat seutuhnya, berupa sosok manusia yang berpenampilan
kulit bersih, mata bersinar, rambut tersisir rapi, berpakaian rapi, berotot,
tidak gemuk, nafas tidak bau, selera makan baik, tidur nyenyak, gesit dan
seluruh fungsi fisiologi tubuh berjalan normal.
e. Dimensi Spiritual
Aspek spiritual dapat terlihat
dari bagaimana seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan
yang dilaksanakan, hubungan dengan keluarga atau teman, dan kemampuan mencari
harapan dan arti dalam hidup.
Spiritual bertindak sebagai suatu
tema yang terintegrasi dalam kehidupan seseorang. Spiritual seseorang akan
mempengaruhi cara pandangnya terhadap kesehatan dilihat dari perspektif yang
luas. Fryback (1992) menemukan hubungan kesehatan dengan keyakinan terhadap
kekuatan yang lebih besar, yang telah memberikan seseorang keyakinan dan
kemampuan untuk mencintai. Kesehatan dipandang oleh beberapa orang sebagai
suatu kemampuan untuk menjalani kehidupan secara utuh. Pelaksanaan perintah
agama merupakan suatu cara seseorang berlatih secara spiritual.
Pendekatan Kesehatan Mental
Seseorang
dapat dikatankan mencapai taraf kesehatan jiwa, jika ia dapat kesempatan untuk
mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, ia bisa menghargai orang lain
dan dirinya sendiri, ada 3 teori dalam kesehatan mental, yaitu :
a.
Orientasi
klasik
Sehat
secara mental artinya tidak ada masalah ataupun keluhan mental, artinya
seseorang dapat dikatakan dan dianggap sehat juika orang tersebut tidak
mempunyai kelakukan dan perasaan tertentu, seperti rasa rendah diri, rasa
lelah, cemas, ketegangan, dll yang dapat menimbulkan perasaan sakit atau tidak
sehat yang dapat mengganggu kegiatan sehari-hari. Orientasi klasik yang umumnya
digunakan dalam kedokteran termasuk psikiatri mengartikan sehat sebagai kondisi
tanpa keluhan, baik fisik maupun mental. Orang yang sehat adalah orang yang
tidak mempunyai keluhan tentang keadaan fisik dan mentalnya. Sehat fisik
artinya tidak ada keluhan fisik. Sedang sehat mental artinya tidak ada keluhan
mental. Dalam ranah psikologi, pengertian sehat seperti ini banyak menimbulkan
masalah ketika kita berurusan dengan orang-orang yang mengalami gangguan jiwa
yang gejalanya adalah kehilangan kontak dengan realitas. Orang-orang seperti
itu tidak merasa ada keluhan dengan dirinya meski hilang kesadaran dan tak
mampu mengurus dirinya secara layak. Pengertian sehat mental dari orientasi
klasik kurang memadai untuk digunakan dalam konteks psikologi. Mengatasi
kekurangan itu dikembangkan pengertian baru dari kata ‘sehat’. Sehat atau
tidaknya seseorang secara mental belakangan ini lebih ditentukan oleh kemampuan
penyesuaian diri terhadap lingkungan. Orang yang memiliki kemampuan
menyesuaikan diri dengan lingkungannya dapat digolongkan sehat mental.
Sebaliknya orang yang tidak dapat menyesuaikan diri digolongkan sebagai tidak
sehat mental.
b.
Orientasi
penyesuaian diri
Dengan
menggunakan orientasi penyesuaian diri, pengertian sehat mental tidak dapat
dilepaskan dari konteks lingkungan tempat individu hidup. Oleh karena kaitannya
dengan standar norma lingkungan terutama norma sosial dan budaya, kita tidak
dapat menentukan sehat atau tidaknya mental seseorang dari kondisi kejiwaannya
semata. Ukuran sehat mental didasarkan juga pada hubungan antara individu
dengan lingkungannya. Seseorang yang dalam masyarakat tertentu digolongkan
tidak sehat atau sakit mental bisa jadi dianggap sangat sehat mental dalam
masyarakat lain. Artinya batasan sehat atau sakit mental bukan sesuatu yang
absolut. Berkaitan dengan relativitas batasan sehat mental, ada gejala lain
yang juga perlu dipertimbangkan. Kita sering melihat seseorang yang menampilkan
perilaku yang diterima oleh lingkungan pada satu waktu dan menampilkan perilaku
yang bertentangan dengan norma lingkungan di waktu lain. Misalnya ia melakukan
agresi yang berakibat kerugian fisik pada orang lain pada saat suasana hatinya
tidak enak tetapi sangat dermawan pada saat suasana hatinya sedang enak. Dapat
dikatakan bahwa orang itu sehat mental pada waktu tertentu dan tidak sehat
mental pada waktu lain. Lalu secara keseluruhan bagaimana kita menilainya?
Sehatkah mentalnya? Atau sakit? Orang itu tidak dapat dinilai sebagai sehat
mental dan tidak sehat mental sekaligus.
Dengan
contoh di atas dapat kita pahami bahwa tidak ada garis yang tegas dan universal
yang membedakan orang sehat mental dari orang sakit mental. Oleh karenanya kita
tidak dapat begitu saja memberikan cap ‘sehat mental’ atau ‘tidak sehat mental’
pada seseorang. Sehat atau sakit mental bukan dua hal yang secara tegas
terpisah. Sehat atau tidak sehat mental berada dalam satu garis dengan derajat
yang berbeda. Artinya kita hanya dapat menentukan derajat sehat atau tidaknya
seseorang. Dengan kata lain kita hanya bicara soal ‘kesehatan mental’ jika kita
berangkat dari pandangan bahwa pada umumnya manusia adalah makhluk sehat
mental, atau ‘ketidak-sehatan mental’ jika kita memandang pada umumnya manusia
adalah makhluk tidak sehat mental. Berdasarkan orientasi penyesuaian diri,
kesehatan mental perlu dipahami sebagai kondisi kepribadian seseorang secara
keseluruhan. Penentuan derajat kesehatan mental seseorang bukan hanya
berdasarkan jiwanya tetapi juga berkaitan dengan proses pertumbuhan dan
perkembangan seseorang dalam lingkungannya.
c.
Orientasi
perkembangan potensi
Keharmonisan
antara pikiran dan perasaan dapat mebuat tidakan seseorang tampak matang dan
wajar, dalam mencapai beberapa taraf kesehatan jiwa, jika seseorang dapat
kesemoatan untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan, bisa
menghargai dirinya sendiri dan bisa di hargai oleh orang lain. Dalam
psiko-terapi (Perawatan Jiwa) ternyata yang menjadi pengendali utama dalam
setiap tindakan dan perbuatan seseorang bukanlah akal pikiran semata-mata, akan
tetapi yang lebih penting dan kadang-kadang sangat menentukan adalah perasaan.
Telah terbukti bahwa tidak selamanya perasaan tunduk kepada pikiran, bahkan
sering terjadi sebaliknya, pikiran tunduk kepada perasaan. Dapat dikatakan
bahwa keharmonisan antara pikiran dan perasaanlah yang membuat tindakan
seseorang tampak matang dan wajar.
Sehingga
dapat dikatakan bahwa tujuan Hygiene mental atau kesehatan mental adalah
mencegah timbulnya gangguan mental dan gangguan emosi, mengurangi atau
menyembuhkan penyakit jiwa serta memajukan jiwa. Menjaga hubungan sosial akan
dapat mewujudkan tercapainya tujuan masyarakat membawa kepada tercapainya
tujuan-tujuan perseorangan sekaligus. Kita tidak dapat menganggap bahwa
kesehatan mental hanya sekedar usaha untuk mencapai kebahagiaan masyarakat,
karena kebahagiaan masyarakat itu tidak akan menimbulkan kebahagiaan dan
kemampuan individu secara otomatis, kecuali jika kita masukkan dalam
pertimbangan kita, kurang bahagia dan kurang menyentuh aspek individu, dengan
sendirinya akan mengurangi kebahagiaan dan kemampuan sosial.
SUMBER REFENSI
Semiun,Yustinus.2006.Kesehatan Mental 1.Yogyakarta:Penerbit
Kanisius.
Kholil Rochman Lur. 2010. Kesehatan Mental.
Purwokerto : Fajar Media Press.
Ian P. Albery dan Marcus Munafo. 2011. Psikologi
Kesehatan. Yogyakarta : Mitra Setia.
Burhanuddin,
Yusak. 1999. Kesehatan Mental.Bandung: CV Pustaka Setia.
Riyanti,
D.B.P. & H. Prabowo. (1998). Psikologi Umum 2. Jakarta: Universitas
Gunadarma.
B Teori Kepribadian Sehat
Teori kepribadian sehat menurut Aliran
Psikoloanalisa, Behavioristik, Humanistik
a. Psikoanalisa
Psikoanalisis merupakan suatu bentuk
model kepribadian. Teori ini sendriri pertama kali diperkenalkan oleh Sigmun Freud
(1856-1938). Freud mengembangkan teorinya tentang struktur kepribadian dan
sebab-sebab gangguan jiwa dan dengan konsep teorinya yaitu perilaku dan pikiran
dengan mengatakan bahwa kebanyakan apa yang kita lakukan dan pikirkan hasil
dari keinginan atau dorongan yang mencari pemunculan dalam perilaku dan
pikiran. Psikoanalisis mempunyai metode untuk membongkar gangguan – gangguan
yang terdapat dalam ketidaksadaran ini, antara lain dengan metode analisis mimpi
dan metode asosiasi bebas. Teori Psikologi Freud didasari pada keyakinan bahwa
dalam diri manusia terdapat suatu energi psikis yang sangat dinamis yaitu Id,
Ego dan Super Ego dengan Id merupakan bagian palung primitif dalam kepribadian,
Ego merupakan bagian “eksekutif” dari kepribadian, ia berfungsi secara rasional
berdasakan prinsip kenyataan. Berusaha memenuhi kebutuhan Id secara
realistis,yaitu dimana Ego berfungsi untuk menyaring dorongan-dorongan yang
ingin dipuaskan oleh Id berdasarkan kenyataan dan Super Ego merupakan gambaran
internalisasi nilai moral masyarakat yang diajarkan orang tua dan lingkungan
seseorang. Pada dasarnya Super Ego merupakan hati nurani seseorang dimana
berfungsi sebagai penilai apakah sesuatu itu benar atau salah. Karena itu Super
Ego berorientasi pada kesempurnaan.
Dalam Teori Psikoanalisa Freud
mengemukakan bahwa manusia itu di pengaruhi dan dimotivasi oleh dorongan alam
sadar dan alam tidak sadar serta alam bawah sadar.
Berikut
merupakn tingkat-tingkat kesadaran pada manusia:
1) Tingkat
sadar atau kesadaran (conscious level)
Pada tingkat ini aktivitas mental
dapat disadari setiap saat seperti berpikir, persepsi, dan lain-lain.
2) Tingkat
prasadar (preconscious level)
Pada tingkat ini aktivitas mental
dan gejala-gejala psikis yang timbul bias disadari hanya apabila individu
memperhatikannya, misalnya memori, pengetahuan-pengetahuan yang telah
dipelajari, dan lain-lain.
3) Tingkat
tidak disadari (unconscious level)
Pada tingkat ini aktivitas mental
dan gejala-gejala psikis tidak disadari oleh individu. Gejala-gejala ini muncul
misalnya dalam dorongan-dorongan immoral, pengalaman-pengalaman yang memalukan,
harapan-harapan yang irasional, dorongan-dorongan seksual yang tidak sesuai
dengan norma masyarakat, dan lain-lain.
Kepribadian yang baik menurut
psikoanalisis adalah jika individu bergerak menurut pola perkembangan yang
ilmiah. Belajar mengatasi tekanan dan kecemasan, serta keseimbangan antara
kinerja super ego terhadap id dan ego.
Kepribadian
yang sehat menurut psikoanalisis:
1.
Menurut Freud kepribadian yang sehat yaitu jika
individu bergerak menurut pola perkembangan yang ilmiah.
2.
Kemampuan dalam mengatasi tekanan dan kecemasan,
dengan belajar
3.
Mental yang sehat ialah seimbangnya fungsi dari
superego terhadap id dan ego
4.
Tidak mengalami gangguan dan penyimpangan pada
mentalnya
5.
Dapat menyesuaikan keadaan ddengan berbagai dorongan
dan keinginan
b. Kepribadian
Sehat Behavioristik
Behaviorisme juga disebut psikologi
S – R (stimulus dan respon). Behaviorisme menolak bahwa pikiran merupakan
subjek psikologi dan bersikeras bahwa psokologi memiliki batas pada studi
tentang perilaku dari kegiatan-kegiatan manusia dan binatang yang dapat
diamati. Teori Behaviorisme sendiri pertama kali diperkenalkan oleh John B.
Watson (1879-1958)
Teori behavioristik adalah proses
belajar serta peranan lingkungan yang merupakan kondisi langsung belajar dalam
menjelaskan perilaku dan semua bentuk tingkah laku manusia. Pavlov, Skinner,
dan Watson dalam berbagai eksperimen mencoba menunjukkan betapa besarnya
pengaruh lingkungan terhadap tingkah laku. Semua tingkah laku termasuk tingkah
laku yang tidak dikehendaki, menurut mereka, diperoleh melalui belajar dari
lingkungan.
Aliran
behaviorisme mempunyai 3 ciri penting:
1.
Menekankan pada respon-respon yang dikondisikan
sebagai elemen dari perilaku
2.
Menekankan pada perilaku yang dipelajari dari pada
perilaku yang tidak dipelajari. Behaviorisme menolak kecenderungan pada
perilaku yang bersifat bawaan.
3.
Memfokuskan pada perilaku binatang. Menurutnya, tidak
ada perbedaan alami antara perilaku manusia dan perilaku binatang.
c.
Kepribadian Sehat Menurut Aliran Humanistik
Humanistik mulai muncul sebagai
sebuah gerakan besar psikologi dalam tahun 1950-an. Aliran humanistik
merupakan konstribusi dari psikolog-psikolog terkenal seperti Gordon Allport,
Abraham Maslow dan Carl Rogers Menurut aliran humanistik kepribadian yang
sehat, individu dituntut untuk mengembangkan potensi yang terdapat didalam
dirinya sendiri. Bukan saja mengandalakan pengalaman-pengalaman yang terbentuk
pada masa lalu dan memberikan diri untuk belajar mengenai suatu pola mengenai
yang baik dan benar sehingga menghasilkan respon individu yang bersifat pasif.
Ciri dari kepribadian sehat adalah
mengatualisasikan diri, bukan respon pasif buatan atau individu yang
terimajinasikan oleh pengalaman-pengalaman masa lalu. Aktualisasi diri adalah
mampu mengedepankan keunikan dalam pribadi setiap individu, karena setiap
individu memiliki hati nurani dan kognisi untuk menimbang-nimbang segala
sesuatu yang menjadi kebutuhannya. Humanistik menegaskan adanya keseluruhan
kapasitas martabat dan nilai kemanusiaan untuk menyatakan diri dan
mengatualisasikan diri.
Menurut Abraham Maslow Orang yang
sehat secara Psikologis adalah orang yang terpenuhi akan kebutuhan-kebutuhan
ini:
1)
Kebutuhan-kebutuhan fisiologis (the physiological
needs)
2)
Kebutuhan-kebutuhan rasa aman (the safety needs /
the security needs)
3)
Kebutuhan rasacinta dan memiliki (the love and
belongingness needs)
4)
Kebutuhan akan penghargaan diri (the self-esteem
needs)
5)
Kebutuhan akan aktualisasi diri (the
self-actualization needs)
Perbedaan Psikoanalisa,
Behaviorisme, dan Humanistik terhadap kepribadian sehat :
1. PSIKOANALISA
Aliran
psikoanalisa melihat manusia dari sisi negatif, alam bawah sadar (id, ego,
super ego), mimpi dan masa lalu. Aliran ini mengabaikan Potensi yang dimiliki
oleh manusia.
Pandangan
kaum psikoanalisa, hanya memberi kepada kita sisi yang sakit atau kurang, ‘sisi
yang pincang’ dari kodrat manusia, karna hanya berpusat pada tingkah laku yang
neuritis dan psikotis.
Sigmund
Freud dan orang-orang yang mengikuti ajarannya mempelajari kepribadian yang
terganggu secara emosional, bukan kebribadian yang sehat; atau kebribadian yang
paling buruk dari kodrat manusia, bukan yang paling baik.
Jadi,
aliran ini memberi gambaran pesimis tentang kodrat manusia, dan manusia
dianggap sebagai korban dari tekanan-tekanan biologis dan konflik masa
kanak-kanak.
2. BEHAVIORISME
Aliran
behaviorisme memperlakukan manusia sebagai mesin, yaitu di dalam suatu system
kompleks yang bertigkah laku menurut cara-cara yang sesuai dengan hukum. Dalam
pandangan kaum behavioris, individu digambarkan sebagai suatu organisme yang
bersifat baik, teratur, dan ditentukan sebelumnya, dengan banyak spontanitas,
kegembiraan hidup, berkreativitas, seperti alat pengatur panas.
Jadi,
manusia dilihat oleh para behavioris sebagai orang-orang yang memberikan
respons secara pasif terhadap stimulus-stimulus dari luar dan manusia di anggap
tidak memiliki diri sendiri.
3. HUMANISTIK
Para
ahli psikologi humanistik, telah memiliki sudut pandang yang segar terhadap
kodrat manusia. Apa yang mereka lihat adalah suatu tipe individu yang berbeda
dari apa yang digambarkan oleh behaviorisme dan psikoanalisa, yaitu
bentuk-bentuk psikologi tradisional. Aliran ini menganggap setiap orang
memiliki kemampuan untuk lebih baik.
Bagi
ahli-ahli psikologi humanistik, manusia jauh lebih banyak memiliki potensi.
Meskipun kebanyakan ahli psikologi humanistik tidak menyangkal bahwa
stimulus-stimulus dari luar, instink-instink, dan konflik-konflik masa
kanak-kanak mempengaruhi kebribadian, namun mereka tidak percaya bahwa manusia
merupakan korban yang tidak dapat berubah dari kekuatan-kekuatan negatif. .
Manusia
harus dapat mengatasi masa lampau, kodrat biologis, dan ciri-ciri lingkungan.
Manusia juga harus berkembang dan tumbuh melampaui kekuatan-kekuatan negatif
yang secara potensial menghambat.
Gambaran
ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia adalah optimis dan penuh
harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia untuk memperluas,
memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk menjadi semuanya menurut
kemampuan yang ada.
Para
pendukung gerakan potensi manusia mengemukakan bahwa ada suatu tingkat
pertumbuhan dan perkembangan yang sangat diperlukan, yang melampaui’normalitas’.
Mereka berpendapat bahwa manusia perlu memperjuangkan tingkat pertumbuhan yang
lebih maju supaya merealisasikan atau mengaktualisasikan semua potensinya, dan
tidak cukup hanya seseorang bebas dari sakit emosional. Dengan kata lain, tidak
adanya tingkah laku neurotis atau psikotis, tidak cukup untuk menilai seseorang
sebagai pribadi yang sehat. Tidak adanya sakit emosional hanya merupakan suatu
langkah pertama yang diperlukan untuk pertumbuhan dan pemenuhan, karna seorang
individu harus mencapai sesuatu yang lebih jauh lagi
Pendapat Allport
Allport mengemukakan bahwa semua fungsi diri atau fungsi ego
yang telah dijelaskan disebut dengan fungsi proprium dari kepribadian.
Fungsi-fungsi ini termasuk perasaan jasmaniah, identitas diri, harga diri, perluasan
diri, rasa keakuan, pemikiran rasional, gambaran diri, usaha proprium, gaya
kognitif dan fungsi mengenal. Semuanya merupakan bagian yang sebenarnya dan
vital dari kepribadian. Fungsi-fungsi tersebut sama-sama memiliki suatu arti
fenomenal dan “ makna penting”. Fungsi-fungsi itu bersama disebut sebagai
proprium. Proprium itu tidak dibawa sejak lahir, melainkan berkembang karena
usia. Allport menunjukkan tujuh aspek dalam perkembangan proprium atau
ke-diri-sendiri-an (self hood). Selama 3 tahun pertama, tiga aspek muncul,
yakni : rasa diri jasmaniah, rasa identitas-diri berkesinambungan dan
harga-diri atau rasa bangga. Antara usia 4 sampai 6 tahun, dua aspek lainnya
muncul, yakni : perluasan diri (the extension of self), dan gambaran diri.
Suatu waktu antara usia 6 dan 12 tahun, anak mengembangkan kesadaran-diri
sehingga ia dapat menanggulangi masalah-masalahnya dan akal pikiran. Selama
masa remaja, munculah intensi-intesi, tujuan-tujuan jangka panjang, dan
cita-cita yang masih jauh. Aspek-aspek ini disebut usaha proprium.
Dengan penjelasan seperti dia atas, Allport ingin
menghindari pendapat yang mengundang pertanyaan dari banyak teoritikus yang
menyatakan bahwa diri atau ego itu serupa manusia mikro (homunculus) atau “
manusia yang berada di dalam dada” yang melakukan tugas mengorganisasikan,
memegang kendali dan menjalankan sistem kepribadian. Ia mengakui pentingnya
semua fungsi psikologis yang bersumber pada diri dan ego, namun ia berusaha
keras menghindari teori yang memandang diri dan ego sebagai pelaku atau
penggerak kepribadian.
Bagi allport, diri dan ego dapat digunakan sebagai kata sifat untuk menunjukkan fungsi-fungsi proprium di dalam seluruh bidang kepribadian.
Bagi allport, diri dan ego dapat digunakan sebagai kata sifat untuk menunjukkan fungsi-fungsi proprium di dalam seluruh bidang kepribadian.
Ciri-ciri
Kepribadian yang matang menurut Allport
Menurut Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang
matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan
membimbing tingkah laku menurut prinsip otonomi fungsional.
Kualitas Kepribadian yang matang menurut allport sebagai berikut:
Kualitas Kepribadian yang matang menurut allport sebagai berikut:
1. Ekstensi sense of self
· Kemampuan berpartisipasi dan
menikmati kegiatan dalam jangkauan yang luas.
· Kemampuan diri dan minat-minatnya
dengan orang lain beserta minat mereka.
· Kemampuan merencanakan masa depan
(harapan dan rencana)
2. Hubungan hangat/akrab dengan orang
lain
Kapasitas intimacy (hubungan kasih
dengan keluarga dan teman) dan compassion (pengungkapan hubungan yang penuh
hormat dan menghargai dengan setiap orang)
3. Penerimaan diri
Kemampuan untuk mengatasi reaksi
berlebih hal-hal yang menyinggung dorongan khusus (misal: mengolah dorongan
seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol diri, presan proporsional.
4. Pandangan-pandangan realistis,
keahlian dan penugasan
Kemampuan memandang orang lain,
objek, dan situasi. Kapasitas dan minat dalam penyelesaian masalah, memiliki
keahlian dalam penyelesain tugas yang dipilih, mengatasi pelbagai persoalan
tanpa panik, mengasihani diri, atau tingkah laku lain yang merusak.
5. Objektifikasi diri: insight dan
humor
Kemampuan diri untuk objektif dan
memahami tentang diri dan orang lain. Humor tidak sekedar menikmati dan tertawa
tapi juga mampu menghubungkan secara positif pada saat yang sama pada
keganjilan dan absurditas diri dan orang lain.
6. Filsafat Hidup
Ada latar belakang yang mendasari
semua yang dikerjakannya yang memberikan tujuan dan arti. Contohnya lewat
agama.Untuk memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran tujuan dan
aspirasinya. Tidak semua orang dewasa memiliki kedewasaan yang matang. Bisa
saja seseorang melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa yang ia lakukan.
SUMBER REFENSI
http://makalah-ibnu.blogspot.com/2011/05/kesehatan-mental.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar